Selasa, 26 Desember 2017

Sajak donat dan kopi



Dalam cinta tak perlu ada ketakutan, Karna cinta itu membebaskan, bukan membelengu!

Jangan memilihnya untuk datang. Tapi tunggu pilihan NYA yang mendatangi

Bukan masalah cinta. Ini masalah pilihan.. Memilih diposisi mencintai atau diposisi dicintai, memilih kerindukan atau dirindukan. Ya. Rindu ini rindu itu. Bagai kopi, menerangkan mata, tak mudah mata, mengalah untuk tidak terjaga

Rindu memang menyulitkan tidur. rindu yang mengetuk mengetuk pintu mimpi. Ia mengatakan akan mengobati bila bangun, membuka mata. Ternyata  hampa, kosong, gelap, senyap,

Yaa, serasa makan donat, tapi tengah nya cuman. HAMPA

Rindu juga bagaikan bagian IMAJINER dalam sebuah vektor, hanya terbungkus rapi dalam angan tanpa tau kapan akan menjadi REAL

Tapi rindu itu kelak seperti gerak vertikal ke atas. Dari bawah di lempar Melambung tinggi ke atas akan jatuh lagi ke bawah. Seperti itulah rindu akan kembali ke pada yang rindu

Rindu itu seperti kopi. Manisnya membuat tak lelap tidurku malam ini.

Tapi kopi bukan cuman tentang rasa Manis, disana juga ada ampas dan rasa pahit. Ok, jika sang perindu mampu untuk beradaptasi dengan baik, akan terasa nikmat hingga timbul candu

Rindu itu bukan candu. Klo iya candu. Candu itu bagai bius menenangkan hati, tapi rindu itu bagai obat kumur. Tak mungkin  ditahan lama didalam mulut. Harus dibuang jugak akhirnya.

Seseorang pernah mengatakan kepadaku, boleh melirik merpati yanh sedang terbang, punai ditangan jangan dilepas dulu. Begitu juga rindu (mungkin) jika tak tahan lagi seperti obat kumur, liriklah tempat lain untuk dititipi rindu

Elang sering terbang seolah olah menyapu langit tapi siap yang me menyangka memantau sarang dan tujuan sebenarnya. Rindu mungkin menunggu. Menunggu yang tepat untuk di titipi rindu

Hanya tulisan basa basi. yg terpenting jangan merindukan orang yg tidak merindukan mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar